Pangalengan, Jawa Barat — Dingin pagi di lereng selatan Bandung tak menghentikan langkah Kiki Sobar, 35 tahun, seorang peternak sapi perah muda dari Pangalengan. Setiap hari dimulai dengan rutinitas yang akrab: memeriksa sapi-sapinya, memastikan kandang bersih, dan memerah susu segar. Tapi sejak beberapa tahun terakhir, ada hal baru yang jadi bagian tak terpisahkan dari aktivitasnya—smartphone di tangan.
Kiki bukan sekadar peternak biasa. Ia adalah bagian dari generasi baru anggota KPBS (Koperasi Peternakan Bandung Selatan) yang sudah bertransformasi digital. Lewat sebuah aplikasi khusus yang dikembangkan koperasi, Kiki dan ratusan peternak lain bisa mengelola hasil susu, memantau kesehatan ternak, hingga mencatat pemasukan dan pengeluaran—semuanya cukup lewat gawai.
Aplikasi yang Merubah Segalanya
Setelah memerah susu dari sapi-sapinya, Kiki segera mencatat hasil perahan hari itu ke dalam aplikasi. Data langsung tersimpan. Begitu susu disetor ke tempat penampungan KPBS, kualitasnya dicek, dan semua tercatat otomatis. Tak ada lagi tumpukan catatan manual atau keraguan soal transparansi.
“Kalau dulu kami catat di buku, sekarang tinggal klik. Mau lihat laporan harian, mingguan, bahkan tahunan tinggal buka aplikasi,” kata Kiki sambil menunjukkan antarmuka aplikasi di ponselnya.
Teknologi ini bukan hanya memudahkan. Ia membangun kepercayaan antara peternak dan koperasi. Tidak ada lagi data yang simpang siur. Semua tercatat rapi, dari jumlah susu yang disetor, harga per liter, sampai potongan biaya jika ada. Semuanya jelas.
Lebih dari Sekadar Susu
Transformasi digital ini juga mencakup aspek lain dalam kehidupan peternak. Lewat aplikasi, Kiki bisa mengecek kesehatan sapi, mengakses catatan medis, hingga menjadwalkan layanan pemeriksaan atau pengobatan jika diperlukan. Semua sapi yang dimiliki tercatat dan teridentifikasi satu per satu.
Bahkan soal pakan ternak pun tak lagi ribet. “Kalau butuh pakan, saya tinggal beli lewat aplikasi. Nanti tinggal ambil di koperasi,” jelasnya.
Tak berhenti di situ, aplikasi KPBS kini juga digunakan untuk layanan simpan pinjam antaranggota koperasi. Arah ke depan? Sistem ini disiapkan menjadi e-money, supaya transaksi makin cepat dan tanpa uang tunai.
Peternak Naik Kelas
Kiki bukan satu-satunya. Ratusan peternak muda Pangalengan mulai menikmati manfaat dari digitalisasi ini. Produktivitas meningkat karena waktu lebih efisien. Kesalahan pencatatan bisa diminimalisir. Dan yang paling penting: mereka mulai melihat peternakan bukan lagi sebagai pekerjaan manual semata, tapi sebagai bisnis berbasis data dan sistem.
Digitalisasi bukan soal ikut tren. Ini soal bertahan dan tumbuh di tengah tantangan zaman. Dan Kiki Sobar bersama rekan-rekannya di KPBS sudah membuktikan, bahwa dari kandang sederhana di desa, masa depan bisa dibangun—asal mau berubah.
Peternakan modern itu nyata. Dimulai dari Pangalengan, dan bisa menyebar ke seluruh Indonesia.