
1. Pendahuluan
Kerawanan desa mengacu pada berbagai faktor yang membuat suatu wilayah desa lebih rentan terhadap risiko bencana, pencemaran lingkungan, permasalahan sosial, dan gangguan keamanan. Berdasarkan data Pendataan Potensi Desa (Podes) 2024, kerawanan desa di Indonesia dapat dikategorikan menjadi kerawanan lingkungan, bencana alam, pencemaran lingkungan, dan permasalahan sosial.
Kajian ini akan membahas secara ilmiah bagaimana kerawanan desa terjadi, faktor-faktor yang menyebabkannya, serta bagaimana dampaknya terhadap pembangunan desa yang berkelanjutan.
2. Kerawanan Lingkungan dan Desa di Daerah Rawan
Menurut data Podes 2024, desa-desa di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang berbeda tergantung pada lokasinya. Beberapa desa berada di daerah dengan kondisi geografis yang meningkatkan risiko bencana dan pencemaran lingkungan.
a. Permukiman di Daerah Rawan
- 38,51% desa/kelurahan terletak di daerah lereng, puncak, atau lembah, yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap tanah longsor.
- Desa yang berbatasan langsung dengan laut (15,39%) rentan terhadap abrasi dan kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim.
- Desa di sekitar kawasan hutan sering mengalami konflik terkait penggundulan hutan dan alih fungsi lahan.
Implikasi ilmiah:
- Desa di lereng dan lembah memiliki stabilitas tanah rendah, meningkatkan kemungkinan longsor saat curah hujan tinggi.
- Desa di wilayah pesisir mengalami abrasi yang mengikis garis pantai, menyebabkan kehilangan lahan dan ancaman bagi infrastruktur desa.
- Wilayah hutan yang ditebang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, serta mengurangi fungsi hutan sebagai penyerap karbon, yang berkontribusi terhadap pemanasan global.
3. Pencemaran Lingkungan di Desa
Pencemaran lingkungan menjadi tantangan serius di beberapa desa di Indonesia. Berdasarkan Podes 2024, beberapa bentuk pencemaran yang terjadi di desa adalah:
Jenis Pencemaran | Jumlah Desa/Kelurahan |
---|---|
Pencemaran Air | 11.019 desa |
Pencemaran Tanah | 947 desa |
Pencemaran Udara | 4.754 desa |
a. Pencemaran Air
Pencemaran air di desa disebabkan oleh:
- Limbah domestik yang tidak terkelola dengan baik
- Limbah industri dan pertanian, seperti pestisida dan pupuk yang mencemari sungai
- Minimnya sistem sanitasi desa, menyebabkan kontaminasi bakteri pada sumber air
Dampak ilmiah:
- Eutrofikasi: Peningkatan nutrisi dari limbah menyebabkan pertumbuhan alga berlebihan, mengurangi oksigen dalam air, dan mengganggu ekosistem perairan.
- Penyakit berbasis air: Meningkatnya insiden penyakit seperti diare dan kolera akibat konsumsi air yang terkontaminasi bakteri dan zat kimia.
b. Pencemaran Tanah
Penyebab utama pencemaran tanah di desa adalah:
- Limbah rumah tangga dan industri yang dibuang sembarangan
- Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dalam pertanian
- Penambangan ilegal yang merusak struktur tanah
Dampak ilmiah:
- Degradasi tanah menyebabkan penurunan kesuburan tanah, berpengaruh terhadap produktivitas pertanian.
- Bioakumulasi logam berat dalam tanah masuk ke rantai makanan dan berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
c. Pencemaran Udara
Penyebab pencemaran udara di desa:
- Pembakaran hutan dan lahan untuk pertanian
- Emisi dari kendaraan dan industri kecil
- Pembakaran sampah terbuka
Dampak ilmiah:
- Meningkatnya polutan udara (PM2.5, CO, SO2, NOx) menyebabkan gangguan pernapasan dan penyakit kardiovaskular.
- Efek rumah kaca meningkat, mempercepat perubahan iklim global.
4. Bencana Alam di Desa
Desa-desa di Indonesia juga rentan terhadap berbagai bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, dan tanah longsor.
Jenis Bencana | Jumlah Desa/Kelurahan |
---|---|
Banjir | 14.260 desa |
Gempa bumi | 7.158 desa |
Tanah longsor | 6.493 desa |
a. Banjir
Faktor penyebab:
- Tata ruang desa yang buruk dengan minimnya sistem drainase
- Alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian dan permukiman
- Perubahan iklim meningkatkan curah hujan ekstrem
Dampak ilmiah:
- Erosi tanah akibat aliran air yang deras menyebabkan kehilangan kesuburan tanah.
- Kehancuran infrastruktur desa, menghambat akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
b. Gempa Bumi
Faktor penyebab:
- Desa di Indonesia berada di Cincin Api Pasifik
- Minimnya bangunan tahan gempa di desa-desa terpencil
Dampak ilmiah:
- Kerusakan infrastruktur kritis seperti sekolah dan rumah sakit meningkatkan risiko korban jiwa.
- Tsunami dapat terjadi di desa pesisir yang berdekatan dengan zona subduksi.
c. Tanah Longsor
Faktor penyebab:
- Curah hujan tinggi dan lereng yang terjal
- Deforestasi mengurangi daya tahan tanah terhadap erosi
- Pertanian di lereng bukit tanpa konservasi tanah yang baik
Dampak ilmiah:
- Kehilangan tempat tinggal dan lahan pertanian mengganggu ketahanan pangan desa.
- Perubahan hidrologi lokal, menyebabkan peningkatan sedimentasi sungai yang berpotensi memicu banjir.
5. Permasalahan Sosial dan Keamanan di Desa
Selain masalah lingkungan, desa-desa di Indonesia juga menghadapi tantangan sosial yang berkontribusi pada ketidakstabilan wilayah.
Jenis Masalah Sosial | Jumlah Desa/Kelurahan |
---|---|
Kemiskinan ekstrem | Tinggi di desa terpencil |
Konflik sosial | Meningkat di desa dengan sumber daya terbatas |
Kriminalitas dan gangguan keamanan | Terjadi di desa dengan ekonomi lemah |
Faktor penyebab:
- Keterbatasan akses pendidikan dan pekerjaan, menyebabkan tingginya tingkat pengangguran.
- Ketimpangan sosial dan ekonomi, memicu konflik sosial antarwarga.
- Minimnya fasilitas keamanan desa, menyebabkan meningkatnya kejahatan dan perkelahian massal.
Dampak ilmiah:
- Peningkatan angka kriminalitas berdampak pada ketidakstabilan sosial desa.
- Urbanisasi meningkat, menyebabkan migrasi besar-besaran ke kota dan menurunkan jumlah tenaga kerja produktif di desa.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan analisis ilmiah dari Podes 2024, kerawanan desa mencakup pencemaran lingkungan, bencana alam, dan permasalahan sosial. Oleh karena itu, diperlukan strategi mitigasi seperti:
- Pembangunan infrastruktur tahan bencana
- Penerapan teknologi ramah lingkungan dalam pertanian
- Peningkatan akses keuangan dan pendidikan bagi masyarakat desa
- Program mitigasi bencana berbasis komunitas
Dengan pendekatan yang tepat, desa-desa di Indonesia dapat menjadi lebih tangguh, berkelanjutan, dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan lingkungan dan sosial.