Rasulullah SAW dalam berbagai hadis telah memberikan tanda-tanda menjelang datangnya hari kiamat. Tanda-tanda itu bukan sekadar peringatan metafisik, melainkan juga potret krisis moral, sosial, dan spiritual yang dialami manusia. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menegaskan bahwa menjelang akhir zaman akan muncul fenomena: orang terpercaya didustakan, pengkhianat dipercaya, kemesuman dan kata-kata kotor menjadi hal umum, silaturahim terputus, dan hubungan bertetangga memburuk.
Jika dicermati, kelima fenomena tersebut kini dapat kita amati dalam kehidupan modern.
1. Orang Amanah Didustakan, Pengkhianat Dipercaya
Hari ini, integritas orang-orang yang jujur sering dicurigai. Ulama, intelektual yang lurus, atau tokoh masyarakat yang menjaga kebenaran, kerap dituduh dengan label negatif: politis, fanatik, atau haus kekuasaan. Sebaliknya, mereka yang berkhianat, suka menipu, bahkan korup, justru dipercaya dan diberi jabatan penting. Fenomena ini diperkuat oleh propaganda media dan tirani politik yang mengaburkan antara hak dan batil. Inilah zaman ketika kebenaran tidak lagi berdiri di atas fakta, tetapi di atas opini dan kekuasaan.
2. Kemesuman dan Kata-Kata Kotor Menjadi Umum
Media sosial, hiburan, bahkan percakapan sehari-hari kini penuh dengan kata-kata kasar. Batas kesopanan semakin kabur. Bahkan di kalangan remaja, bahasa mesum dianggap tren atau gaya gaul. Hal ini menunjukkan bahwa nafsu syahwat telah menguasai lisan manusia. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa salah satu ciri orang beriman adalah menjaga lisannya dari keburukan. Namun realitas kini menunjukkan sebaliknya: kata-kata mulia kian termarjinalkan.
3. Terputusnya Silaturahim
Teknologi yang seharusnya mendekatkan, justru menjauhkan. Pesan singkat menggantikan tatap muka, emotikon menggantikan senyum, dan panggilan video menggantikan kunjungan penuh kasih. Hubungan kekeluargaan perlahan terkikis oleh individualisme. Tidak jarang, kerabat dekat pun jarang saling berjumpa kecuali pada acara kematian. Inilah bentuk nyata terputusnya silaturahim yang diingatkan Nabi.
4. Hubungan Bertetangga yang Buruk
Di perumahan modern, banyak orang tidak mengenal tetangganya sendiri. Kesibukan, egoisme, dan gaya hidup eksklusif membuat kepedulian sosial memudar. Ada tetangga yang sakit, lapar, atau meninggal dunia, namun tak seorang pun hadir memberi bantuan. Sebaliknya, iri, dengki, dan persaingan justru tumbuh di antara sesama penghuni rumah yang bersebelahan. Padahal Rasulullah SAW menegaskan bahwa seseorang tidak akan beriman jika tidak mencintai tetangganya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
5. Iblis dan Misi Menjerumuskan Manusia
Fenomena-fenomena tersebut tidak lepas dari tipu daya iblis. Iblis berjanji akan menyesatkan manusia dari segala arah: depan, belakang, kanan, dan kiri. Salah satu cara paling berbahaya adalah melemahkan iman dan menjauhkan manusia dari dzikir serta kalimat thayyibah. Imam Mujahid menegaskan bahwa kalimat Laa ilaaha illallaah adalah pedang yang mampu mematahkan punggung iblis. Sayangnya, banyak manusia lengah. Mereka lebih sibuk mengejar dunia, menuruti hawa nafsu, dan melupakan dzikir sebagai benteng utama.
6. Bencana sebagai Peringatan
Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa ketika kesombongan dan kerakusan merajalela, Allah menurunkan azab sebagai peringatan. Banjir, gempa, kemarau panjang, atau wabah bukan sekadar fenomena alam, melainkan juga peringatan agar manusia kembali kepada jalan Allah. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa salah satu penyebab terhentinya hujan adalah kelalaian manusia dalam mengeluarkan zakat. Ketika amanah diabaikan, pemimpin dipilih dari orang hina, dan agama diperalat untuk dunia, maka bala bencana akan datang menimpa.
Jalan Selamat
Fenomena akhir zaman bukanlah mitos. Ia hadir dalam bentuk nyata di tengah kita. Namun, Rasulullah SAW juga memberikan solusi: kembali kepada kalimat thayyibah Laa ilaaha illallaah dan memperbanyak istighfar. Inilah senjata spiritual untuk membentengi diri, keluarga, dan masyarakat dari godaan iblis.
Manusia ditugaskan sebagai khalifah di bumi, bukan untuk merusak, tetapi untuk memakmurkan. Jalan selamat hanya ada pada ketaatan, kesyukuran, serta istiqamah dalam kebaikan.
“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah Laa ilaaha illallaah, maka ia masuk surga.” (HR. Abu Dawud)