Home / Cakrawala / Ekonomi Desa / Menanti Jalan Baru Kedaulatan Ekonomi dari Akar Rumput

Menanti Jalan Baru Kedaulatan Ekonomi dari Akar Rumput

Momentum Baru Ekonomi Desa

Program Koperasi Desa Merah Putih yang kini digulirkan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDTT) bukanlah sekadar proyek administratif biasa. Ini adalah proyek rekayasa sosial-ekonomi berskala nasional yang berupaya membangun kembali tulang punggung ekonomi bangsa—dari desa. Di tengah gelombang krisis global, kerentanan pangan, dan fluktuasi harga komoditas, desa-desa di Indonesia bukan hanya wilayah tertinggal, tetapi potensi terpendam yang selama ini dimiskinkan oleh struktur ekonomi eksploitatif.

Musdesus: Ruang Demokrasi Ekonomi Desa

Lewat musyawarah desa khusus (musdesus), lebih dari 75.000 desa akan membentuk kepengurusan koperasi secara demokratis. Musdesus bukan hanya forum administratif, tapi peluang historis untuk merebut kembali kedaulatan ekonomi rakyat desa yang telah lama disandera oleh sistem ijon, tengkulak, dan kapitalis perantara. Ketika kepala desa, BPD, pendamping, dan unsur masyarakat duduk bersama, yang dibicarakan bukan cuma siapa jadi ketua koperasi, tapi bagaimana desa mengambil alih kendali atas tanah, laut, dan hasil keringatnya sendiri.

Nelayan dan Petani: Tulang Punggung Kemakmuran Desa

Dalam konstelasi ekonomi desa, petani dan nelayan memegang peran sentral. Mereka adalah produsen primer dalam rantai pasok nasional—tapi juga yang paling tereksploitasi.

Kemiskinan Petani di Tengah Lumbung Pangan

Seorang petani di desa subur bisa menghasilkan berton-ton padi, namun tetap terjebak dalam siklus utang karena harga gabah ditentukan bukan oleh dia, melainkan oleh tengkulak dan pasar oligopoli. Koperasi Merah Putih memberi peluang untuk memutus ketergantungan ini. Dengan koperasi yang terhubung ke pusat distribusi, gudang penyimpanan, dan akses pembiayaan murah, petani tak perlu lagi menjual hasil panennya saat harga terendah. Mereka bisa menyimpan, mengolah, dan menjual pada saat nilai jual tinggi.

Koperasi harus menjadi alat untuk mendirikan rice mill milik desa, membentuk offtaker lokal, dan menyiapkan manajemen gudang pangan terintegrasi. Tanpa itu, koperasi hanya akan menjadi koperasi papan nama.

Kemakmuran Nelayan dan Laut yang Berdaulat

Nelayan kita menangkap ikan dengan perahu kecil, bersaing dengan kapal-kapal besar dari luar, lalu menjual hasil tangkapan ke pengepul yang menentukan harga sepihak. Padahal, hasil laut Indonesia adalah salah satu yang terkaya di dunia. Koperasi Merah Putih dapat menjadi solusi struktural.

Koperasi desa pesisir harus menjadi simpul distribusi hasil laut, membangun cold storage, mendirikan sentra pengolahan ikan (UMKM pengasapan, pengeringan, filet), dan membuka akses ekspor langsung. Jika koperasi diberi hak pengelolaan zona tangkap dan dibekali teknologi e-fisheries, maka nelayan akan bertransformasi menjadi pelaku ekonomi maritim yang modern dan bermartabat.

Reposisi Aset Publik untuk Ekonomi Kolektif

Langkah Kemendes memanfaatkan ruang-ruang tidak terpakai seperti bekas SD atau gudang desa sebagai kantor koperasi adalah strategi cerdas yang menghemat biaya sekaligus memperkuat basis kolektif desa. Tapi ruang itu harus disulap menjadi pusat aktivitas ekonomi—dari gudang logistik, titik distribusi, hingga ruang belajar ekonomi digital.

Bayangkan satu kantor koperasi di desa nelayan menjadi pusat konsolidasi tangkapan, mengelola cold chain, dan menjalin kemitraan ekspor langsung ke industri makanan laut. Atau kantor koperasi di desa pertanian menjadi pusat penyimpanan gabah, pembibitan, dan mesin olah hasil tani.

Menghapus Tengkulak: Butuh Ekosistem, Bukan Sekadar Niat

Narasi penghapusan tengkulak hanya akan berhasil bila koperasi dibekali:

  1. Modal kerja awal dan akses pembiayaan murah (dari LPDB, Bank Wakaf Mikro, atau dana desa).
  2. Sarana logistik dan pengolahan (gudang, mesin, cold storage).
  3. Platform digital untuk transaksi, transparansi keuangan, dan akses pasar.
  4. Pelatihan manajemen koperasi modern, yang menggabungkan semangat gotong royong dengan profesionalisme bisnis.

Tanpa itu, koperasi hanya akan jadi struktur tanpa fungsi. Dengan itu, koperasi bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dari desa—bukan hanya penyangga, tapi lokomotif.

Koperasi Sebagai Jalan Kedaulatan Ekonomi Desa

Program Koperasi Desa Merah Putih adalah gerakan struktural untuk merebut kembali hak desa atas kekayaan alamnya.Petani, nelayan, pengrajin, pedagang pasar, hingga buruh tani harus menjadi pelaku utama, bukan korban dari sistem ekonomi.

Koperasi yang kuat adalah yang mampu:

  1. Menyimpan dan mengelola hasil panen petani agar tidak dijual saat harga anjlok.
  2. Membekali nelayan dengan teknologi tangkap dan pengolahan hasil laut.
  3. Menjadi pemilik dari sistem distribusi — bukan sekadar penonton.
  4. Menghubungkan desa dengan pasar nasional dan global secara adil.

Jika visi ini dijalankan, maka dalam satu dekade ke depan, kita tidak hanya akan melihat desa makmur — tapi Indonesia yang berdaulat dari akar rumputnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *