Home / Cakrawala / Politik Desa / Hari Kewirausahaan Nasional : Pidato Panglima Desa untuk Pemimpin Indonesia

Hari Kewirausahaan Nasional : Pidato Panglima Desa untuk Pemimpin Indonesia

Panglima Desa Nasional – Hari Kewirausahaan Nasional
Jakarta, Selasa, 10 Juni 2025

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua,

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,

Hari ini, kita memperingati Hari Kewirausahaan Nasional. Sebuah hari penting, bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk bergerak. Bergerak bukan hanya sebagai individu pencari nafkah, tetapi sebagai kekuatan rakyat yang membangun bangsa dari akar: dari desa, dari pasar, dari sawah, dari bengkel kecil, dari toko-toko rakyat. Di sinilah letak ruh pembangunan sesungguhnya: pada rakyat yang bekerja, berkarya, dan berdaya.

Demokrasi Tanpa Kewirausahaan Adalah Demokrasi Kosong

Saudara-saudaraku,
Demokrasi bukan hanya tentang memilih. Demokrasi adalah tentang menguatkan rakyat.
Dan tak ada cara paling konkret menguatkan rakyat selain menjadikan mereka berdaya secara ekonomi.
Maka di hari ini, saya ingin menegaskan kembali:

Memuliakan pemilih juga berarti memuliakan pengusaha kecil. Memuliakan rakyat juga berarti memuliakan pelaku ekonomi desa.

Karena itu, kader Pembangunan Desa harus memahami bahwa politik tanpa pembangunan ekonomi rakyat adalah omong kosong.

Maklumat Memuliakan Pemilih Desa

Sebagai Fondasi Politik Kewirausahaan Desa

Pemilu harus dimaknai bukan semata-mata sebagai perebutan kekuasaan antar elite, tetapi sebagai jalan strategis untuk memenangkan rakyat desa sebagai pelaku utama ekonomi lokal. Di dalam setiap suara pemilih desa, ada nasib warung kecil, ada masa depan petani, ada harapan pengrajin, nelayan, dan pedagang kaki lima. Maka, kemenangan politik hanyalah langkah awal. Kemenangan sejati terjadi ketika desa tumbuh, usaha rakyat hidup, dan ekonomi lokal menggeliat mandiri dari bawah.

Setiap kader Pembangunan Desa wajib hadir sebagai penyerap aspirasi ekonomi rakyat. Mereka harus mau mendengar secara jujur apa yang dibutuhkan petani untuk meningkatkan hasil panen, apa yang diperlukan nelayan agar tangkapannya bernilai lebih tinggi, dan bagaimana pelaku UMKM bisa bertahan dan berkembang. Kepercayaan rakyat tidak bisa direbut hanya dengan baliho atau slogan. Kepercayaan hanya bisa diperoleh dengan turun tangan mendampingi usaha rakyat, bukan hanya saat kampanye, tetapi sebagai komitmen harian yang berkesinambungan.

Pemilu tidak boleh menjadi panggung perebutan kursi tanpa arah. Ia harus menjadi komitmen kolektif untuk membangun sistem ekonomi desa yang kuat, adil, dan mandiri. Janji manis tanpa realisasi adalah bentuk penghinaan terhadap rakyat. Yang dibutuhkan desa bukan janji, melainkan program nyata: akses terhadap modal yang adil, pelatihan kewirausahaan yang aplikatif, penguatan koperasi, pembukaan pasar digital yang berpihak, serta kemitraan yang sehat.

Kader Pembangunan Desa harus hadir sebagai pembimbing usaha rakyat. Mereka harus datang ke rumah petani bukan untuk menggalang suara, tapi untuk menghubungkan hasil panen dengan pasar. Mereka harus menemui pengrajin bukan untuk pencitraan, tapi untuk membantu membuat rantai distribusi. Di sinilah nilai politik kita ditempa—bukan di panggung debat, melainkan di ladang, di pasar, di bengkel rakyat.

Pemilu harus menjadi ajang kompetisi martabat, bukan arena fitnah dan tipu daya. Masyarakat desa punya mata hati yang tajam—mereka tahu siapa yang membawa harapan, dan siapa yang datang hanya untuk panen suara. Suara rakyat tidak boleh menjadi transaksi musiman. Ia adalah kontrak kepercayaan jangka panjang. Saat rakyat bangkit secara ekonomi, maka bangsa akan naik kelas secara peradaban.

Kemenangan dalam pemilu harus digunakan sebagai alat introspeksi politik dan ekonomi. Apakah kita benar-benar hadir untuk pengusaha kecil? Apakah kita sungguh-sungguh mempersiapkan generasi muda menjadi wirausahawan desa yang tangguh? Jangan sampai setelah menang, kepercayaan rakyat kita khianati dengan kebijakan yang tak berpihak. Kepercayaan adalah amanah—dan amanah harus dijaga, bukan dikorbankan demi kekuasaan sesaat.

Akhirnya, kehormatan politik pembangunan desa tidak terletak pada kursi atau jabatan. Ia melekat pada seberapa besar kita menjaga kemandirian ekonomi rakyat. Karena pada akhirnya, martabat ekonomi rakyat adalah martabat gerakan kita sendiri. Dan dari desa yang berdaya itulah masa depan Indonesia akan lahir kembali.

Saudara-saudaraku,

Hari ini, mari kita peringati Hari Kewirausahaan Nasional bukan dengan upacara, tetapi dengan gerakan nyata.
Jadikan setiap rumah menjadi tempat tumbuhnya gagasan ekonomi.
Jadikan setiap desa menjadi pusat inovasi lokal.
Jadikan setiap pemilih sebagai mitra, bukan target.

Kita tidak boleh membiarkan desa bergantung. Kita tidak boleh membiarkan rakyat hanya jadi penonton. Kita wajib menjadikan rakyat sebagai pelaku utama pembangunan.

Selama ada rakyat yang mau berusaha, tugas kita adalah membuka jalan.
Selama ada pemilih yang percaya, tugas kita adalah menjaga amanah.

Pembangunan Desa bukan slogan. Pembangunan Desa adalah strategi menyelamatkan bangsa.

Matahari menyinari desa lebih dulu. Maka dari desa pula, terang masa depan Indonesia harus dimulai.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Billahi taufiq wal hidayah.

Syarif Maulana – Panglima Desa Nasional

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *